Prapaska (Hari ke-38)

21 Mar 2024

 ______________________________________________________________________________________

Yoh 8:51Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya."

Yoh 8:52Kata orang-orang Yahudi kepada-Nya: "Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.

Yoh 8:53Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabipun telah mati; dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?"

Yoh 8:54Jawab Yesus: "Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikitpun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah kami,

Yoh 8:55padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya.

 _____________________________________________________________________________________

Beberapa hari lagi sudah mulai masuk Pekan Suci.   Sudah harus mulai menyiapkan tenaga ekstra supaya bisa full mengikuti perayaan dari mulai Minggu Palma, Kamis Putih, Jumat Agung, Vigili Paska sampai Minggu Paska.  Jangan sampai malah akhirnya terkapar kecapekan hanya karena semangat yang berlebihan. Pertanyaannya adalah, apakah kita sudah siap merayakannya?

 

Paska kali ini menjadi agak spesial untukku karena baru kali ini memutuskan untuk tidak ikut terlibat dalam kegiatan sama sekali.  Tidak ikut koor, tidak ikut tugas, tidak ikut apa-apa.  Hanya ingin diam saja.  Pengin anteng-anteng saja.  Malah anak-anak yang tahun ini aktif terlibat dalam kegiatan.  Si Bungsu sibuk latihan koor karena kelompok paduan suara sekolahnya bertugas untuk Ekaristi Kaum Muda di salah satu gereja di Jogjakarta untuk malam Vigili Paska.  Masnya yang dasarnya introvert tiba-tiba semangat pol waktu diberi mandat untuk jadi salah satu petugas rasul di gereja pada saat perayaan Kamis Putih.  Padahal hari-harinya sedang disibukkan dengan persiapan ujian sekolah.  

Menengok sejenak kepada sabda Yesus di atas, sudah sewajarnya kalau setiap hati berkobar-kobar menjelang perayaan Paska.  Berkobar-kobar dengan caranya masing-masing.  Berkobar-kobar karena merasa kenal dekat dengan Yesus dan dikenal baik oleh Dia.  Berkobar-kobar karena ingin menunjukkan bahwa sebagai orang yang percaya, kita juga ingin mengikuti perintah, melaksanakan firmanNya.  Tapi apakah semudah itu?  Tentu tidak.  Melaksanakan firman tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan.  Harus ada usaha.  Harus ada effort.  Ada semangat.  Tidak mungkin melaksanakan firman hanya karena ritual saja.  Nanti hasilnya hanya akan menjadi sekedar basa-basi.  Hanya akan menjadi seperti orang Farisi yang pintar mendua muka.  Ujung-ujungnya hanya akan menghasilkan mental hipokrit.  Munafik!


Terus, kalau tiba-tiba ingin stagnan, tidak ingin ikut berkegiatan apapun, apakah berarti hatiku tidak berkobar-kobar?   Apakah hidupku sedang tidak baik-baik saja?  Ya tidak juga.  Berkobar-kobar atau tidaknya seseorang dalam menghayati imannya tidak harus ditentukan apakah dia rajin ikut kegiatan gereja atau tidak.  Bisa saja dia sedang melakukan sesuatu yang tidak semua orang tahu dan harus tahu.  Dan menurutku setiap orang pasti punya cara dan alasan tersendiri bagaimana ia akan melakukan firman dalam hidupnya sehari-hari.  Tidak harus membebek orang lain.  Oh dia begitu makanya aku juga harus begitu.  Dia begono makanya aku juga harus begono.

Jadilah pelaku firman sesuai versimu masing-masing.  Bukan karena ingin dilihat orang, tetapi karena Yesus sendiri memang mengajarkannya demikian.  Jangan takut dengan apa kata orang, penilaian orang.  Jangan berhenti hanya karena merasa tidak sanggup, tidak mampu.  Percayalah bahwa Yesus tidak akan membiarkan dirimu berjalan sendirian.  Yesus yang disalib, yang bangkit dari kematian, Ia yang pertama-tama akan mengulurkan tangan, demi mengangkatmu saat terjatuh.  Jadi, jangan pernah menyerah untuk menyusuri jalan panjang berliku.  Jangan pernah ragu akan datangnya hari baru. Karena sekali lagi, Ia tidak akan pernah membiarkanmu sendirian menyusuri jalan sunyi.

Prapaska (Hari ke-30)

14 Mar 2024

 

Di Minggu Prapaska hari ke-30 ini, ketika sedang makan kue molen sembari menyeruput secangkir kopi, tiba-tiba aku kepikiran seandainya Yesus hidup di zaman sekarang ini.  Bagaimana penampilanNya?  Apa yang akan dilakukanNya?  Apakah Ia akan memilih untuk tetap gondrong? Atau memilih berpenampilan ganteng kasual seperti drama-drama Korea yang sering kutonton?  Apakah Ia akan tetap vocal? Atau apakah Ia akan tetap berani menyuarakan kebenaran seperti yang diajarkanNya?  Dan banyak apakah-apakah lain yang tiba-tiba saja berseliweran di kepala. 

Menurutku, berpikir dan bertanya adalah cara untuk lebih 'mengenal' Yesus sesuai versiku.  Jadi jangan ada yang baper dan berburuk sangka, karena aku bukan seorang Teolog atau Ahli Agama.  Tidak ada yang salah dengan munculnya berbagai macam pertanyaan dalam perjalanan beriman seseorang.  Karena pemahaman tentang Yesus di zaman sekarang ini tergantung pada interpretasi masing-masing individu yang merasa mengenal Dia berdasarkan pengalaman pribadi.  Namun, berdasarkan ajaran-ajaran Yesus yang terdapat dalam Injil, nilai-nilai universal cinta, belas kasih, keadilan, dan perdamaian yang diajarkan-Nya, aku jadi lebih bisa membayangkan seandainya angan-anganku itu nyata adanya.

Yesus sering menekankan pentingnya melayani mereka yang kurang beruntung dan terpinggirkan dalam masyarakat. Tentu saja Ia akan melibatkan diri secara aktif dalam berbagai bentuk pelayanan sosial dan upaya kemanusiaan untuk membantu mereka yang membutuhkan. Meskipun di zaman sekarang ini membantu orang lain tidak semudah membalikkan telapak tangan, kurasa Yesus tidak akan menyerah begitu saja.  Hambatan yang muncul pada saat pelayanan, bisa jadi malah akan dijadikan sebagai suatu tantangan, untuk membuktikan bahwa yang namanya melayani dan membantu, tidak perlu dibatasi dengan berbagai sekat apa saja.

Di samping itu, tentu saja Yesus akan menggunakan berbagai metode komunikasi yang tersedia, termasuk media sosial, internet, dan berbagai platform komunikasi modern untuk terus mengajarkan nilai-nilai kasih, pengampunan, dan belas kasih kepada semua orang.  Kurasa Ia juga akan merekrut tim Admin yang bisa membantuNya mengoperasikan semua media komunikasi yang dimiliki supaya pewartaanNya menjadi lebih efektif dan mudah diterima oleh banyak kalangan.

Kalau melihat karakter Yesus yang tegas, berani dan tanpa ragu-ragu, aku yakin Ia akan tetap vocal sama seperti dulu.  Tetap berani menyuarakan keadilan dan perdamaian dalam berbagai isu sosial, politik, dan lingkungan hidup. Bisa jadi Ia akan mendukung gerakan atau kampanye yang memperjuangkan hak asasi manusia, kesetaraan, dan perdamaian dunia secara terang-terangan.  Tidak dengan demo panas-panasan.  Tapi bisa jadi dengan cerdas Dia akan memanfaatkan Youtube, Twitter, atau lewat Podcast untuk menyuarakan pendapatNya.

Seperti yang selalu dilakukanNya selama pelayanan, Yesus mungkin akan terus menginspirasi pengikut-Nya untuk hidup sesuai dengan ajaran-Nya, yaitu dengan cara mencintai sesama, memaafkan, dan melayani orang lain.  Sungguh bukan hal yang mudah.  Teorinya sih mudah.  Tetapi prakteknya sungguh sulit luar biasa.  Dan menurutku Yesus akan menempatkan diriNya sendiri sebagai contoh supaya pengikutNya bisa melakukan semua itu.  Kalau gagal, ulang!  Kalau masih juga gagal, ulang lagi!  Ulang terus meskipun harus gagal sampai ribuan kali. 

Yesus mungkin akan terlibat dalam upaya pemulihan dan penyembuhan, baik secara fisik, emosional, maupun spiritual, bagi mereka yang terluka dan terpengaruh oleh berbagai masalah dan tantangan dalam kehidupan modern.  Bisa jadi Ia akan membuka ruang konsultasi sebagai seorang psikolog, dokter jiwa atau mungkin seorang therapis.  Dan menurutku hal itu bisa saja terjadi karena zaman sekarang ini jumlah orang stres dan depresi akan selalu bertambah setiap hari. 

Ia akan tetap menentang segala bentuk ketidakadilan, penindasan, dan eksploitasi manusia.  Ia juga akan  mengajak orang untuk berdiri di samping mereka yang dianiaya dan terzalimi, dengan cara yang elegan dan berpendidikan, bukan dengan cara yang barbar.  Ketika semua kegiatan kemanusiaan yang dilakukan bisa saja dibenturkan dengan sistem perundang-undangan yang ada, maka salah satu cara untuk berjuang adalah melawan dengan pemikiran-pemikiran.  Menambah ilmu, menambah jam terbang, menambah koneksi dan  kawan-kawan baru untuk membantu perjuangan.

Itulah beberapa hal yang mungkin bisa jadi akan dilakukan Yesus seandainya Ia hidup di zaman sekarang ini.  Secara pribadi sih aku lebih suka melihatNya tampil dengan rambut gondrong, celana jeans, kaos oblong dan sepatu sneakers.  Tapi nanti tidak ada yang percaya kalau penampilanNya nggembel seperti itu.  Karena sekarang ini orang lebih percaya dengan penampilan yang necis dan mbois.  Apalagi kalau sampai baunya harum mewangi di mana-mana.  Itu sebabnya sekarang ini banyak pemuka agama yang berpenampilan necis-necis, mbois dan juga wangi.  Belum lagi 'tunggangan'nya yang tak kalah necis dibandingkan penunggangnya sendiri.  
 
Tapi untukku pribadi sih terserah Yesusnya sajalah.  Mana-mana sajalah yang Dia suka.  Mau berpenampilan seperti apapun toh aku akan tetap cinta.  Yang jelas prinsip-prinsip ajaranNya yang mendasar akan tetap relevan dan dapat menjadi panduan bagi diriku dan bagi banyak orang lainnya untuk selalu bertindak dalam kebaikan dan keadilan di zaman yang semakin semrawut sekarang ini😁

Prapaska (Hari ke-25)

9 Mar 2024

 _____________________________________________________________________________________

Luk 18:9Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini:

Luk 18:10"Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.

Luk 18:11Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;

Luk 18:12aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.

Luk 18:13Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.

Luk 18:14Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."

 ______________________________________________________________________________________

Aku sering bertemu dengan orang, yang dengan terang-terangan menghinakan orang lain karena merasa dirinya lebih baik.  Dan seringkali orang-orang seperti ini kebanyakan berada dalam lingkaran, di mana mereka seharusnya bisa menjadi tempat perlindungan bagi orang-orang yang mereka hinakan.  Lagaknya sih tidak menghina, tidak merendahkan, tetapi gaya congkak yang terlihat sudah cukup untuk mewakili apa yang sesungguhnya ada dalam diri dan hati mereka.  

Sabda Yesus di atas mengingatkan aku pada sekumpulan orang dalam gereja, yang mendadak merasa jadi orang-orang pilihan Allah, ketika menjadi bagian dari tugas perutusan.  Meskipun di dalamnya ada juga orang-orang yang bisa dibilang belum kompeten untuk menjadi bagian dari kumpulan itu, tetapi karena ditunjuk dan seolah 'dipaksa' untuk terlibat, maka mau tidak mau mereka bisa berada di sana.  Kumpulan ini tentu saja direstui oleh gereja.  Direstui dan difasilitasi karena pada dasarnya mereka diharapkan menjadi kepanjangan tangan dari gereja untuk bisa berinteraksi dengan mereka yang tidak bisa dijangkau secara keseluruhan akibat kurangnya sumber daya manusia yang ada.

Pada awalnya sih biasa saja.  Tetapi entah kenapa, tiba-tiba saja kumpulan ini malah terlihat seperti kumpulan eksklusif yang merasa dirinya sangat istimewa.  Kumpulan yang menganggap orang lain yang tidak terlibat secara langsung sebagai anggota adalah orang yang tidak layak untuk mengemban tugas perutusan.  Hanya orang yang menjadi anggota saja yang boleh memimpin ini itu.  Hanya mereka yang harusnya begini begitu.  Orang lain yang bukan anggota tidak boleh.  Kalau untuk urusan tugas-tugas tertentu aku masih maklum.  Tetapi menjadi tidak masuk akal ketika hanya sekedar memimpin doa di lingkungan saja harus menunggu mereka juga.  Kalau mereka berhalangan baru yang lain bisa memimpin. Itupun harus atas seizin  mereka, karena mereka menganggap bahwa diri mereka adalah orang-orang istimewa.  Ribet banget sepertinya hidup ini!

Menurutku, seharusnya tugas perutusan itu bisa diemban oleh siapa saja.  Bukan suatu dosa jika orang yang tahu mau berbagi dengan orang yang tidak tahu.  Bukan suatu hal yang salah jika orang yang punya akses bagus di gereja memberikan kesempatan kepada mereka yang bisa jadi ingin belajar tapi tidak punya waktu.  Setiap anggota gereja di dalam wadah terkecil sekalipun memiliki hak yang sama untuk terlibat secara penuh dalam tugas perutusan.  Jangan pernah merasa lebih tinggi jikalau kaki masih menapak di bumi.  Jangan merasa spesial karena kita bukan Indomie 😁.  Bahagiakan diri sendiri sajalah dengan banyak-banyak berbagi ilmu.  Jangan pelit-pelit karena ilmu tidak akan dibawa mati.

Satu lagi, jangan sering bilang begini: "Saya ini bukan sombong ya. Bukan karena kuat dan hebat maka saya bisa menjadi bagian dari tugas perutusan seperti sekarang ini.  Tapi ini semua karena adanya campur tangan Allah sendiri!"  Jujur saja, mendengarnya saja sudah membuatku mau muntah.  Ini menurutku hanya akan menjadi kata-kata sampah ketika antara perkataan dan perbuatan menjadi tidak sinkron dan sejalan.  Mengaku tidak sedang menyombongkan diri, tetapi dari awal sampai akhir selalu membicarakan dirinya sendiri.  Mengaku tidak sedang merendahkan orang lain tetapi semua yang keluar dari mulutnya hanyalah kata-kata bertema penghinaan.  
 
Mungkin lebih baik bertindak seperti pemungut cukai dalam bacaan di atas.  Sadar bahwa dirinya tidak layak dan pantas di hadapan Tuhan, sehingga ia ingin melakukan apa saja supaya dosa-dosanya bisa diampuni.  Tidak pernah bosan memohon belas kasih Tuhan supaya hidupnya dimudahkan.  Fokus kepada pertobatan diri sendiri sehingga tidak merasa pantas untuk mengomentari dan menghakimi orang lain.  Dengan fokus kepada perbaikan diri sendiri, maka akan selalu ada harapan bahwa segala sesuatunya akan lebih dimudahkan 💓

Prapaska (Hari ke-20)

4 Mar 2024

 ______________________________________________________________________________________

Luk 4:24Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.
Luk 4:25Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri.
Luk 4:26Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon.
Luk 4:27Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu."
Luk 4:28Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu.
Luk 4:29Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu.
Luk 4:30Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.

______________________________________________________________________________________

Aku bukannya ingin mengomentari apa yang dikatakan Yesus hari ini.  Apapun yang dikatakan Yesus di atas, bisa jadi benar untuk sebagian orang, tetapi bisa juga salah bagi sebagian yang lainnya.  Ada banyak memang orang baik yang tidak dianggap di tempat asalnya karena latar belakang keluarga dan sebagainya.  Tetapi ada juga orang yang kata-katanya sungguh didengar dan bisa membawa manfaat bagi banyak orang di sana.  Intinya adalah bahwa tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa menebak dengan pasti apa maunya Tuhan dalam kehidupan.  Ketika berharap lebih, terkadang hanya kekecewaan yang didapat.  Ketika pasrah dengan keadaan, doa-doa ternyata malah dikabulkan.  Jadi, who knows?

Kali ini aku ingin memposisikan diriku ketika berada di tempat orang Farisi dan kebanyakan orang yang hobinya duduk-duduk di rumah-rumah ibadat.  Orang Farisi yang merasa bahwa hidupnya jauh lebih baik dari orang lain, merasa lebih dekat dengan Tuhan, karena hari-hari mereka memang dihabiskan di sana.  Bisa jadi aku pun tidak jauh berbeda dengan para Farisi tersebut.  Ketika merasa semakin 'dekat' dengan Tuhan, semakin besar keinginan untuk memunculkan benih-benih kesombongan. Bilangnya sih bukan sombong, bukan hebat, tetapi 'moncong' ini selalu mengatakan tentang kehebatan dan kepintaran diri sendiri.  Bilangnya sih semua yang dilakukan hanya demi kemuliaan nama Tuhan.  Tapi kenyataannya mulai timbul rasa dendam dan sakit hati, ketika tidak mendapatkan puja dan puji atas apa yang sudah dilakukan.
 
Seringkali dalam hidup ini, ada banyak peristiwa yang bisa jadi sungguh mengecewakan.  Orang yang kita 'lihat' baik-baik saja, ternyata 'tidak' baik-baik saja.  Orang yang terlihat seperti malaikat, ternyata adalah ular beludak.  Orang yang berperangai seperti setan, ternyata memiliki hati yang indah.  Orang yang sepatutnya menjadi teladan ternyata di luar perkiraan.  Orang yang tidak pernah diunggulkan, ternyata membawa pencerahan.  Sekarang ini tidak cukup menilai seseorang hanya hanya dari penampilan luar.  Penampilan luar seringkali menipu. Percayalah hanya kepada Tuhan.  Dia satu-satunya yang kalau bicara A itu A dan B itu B.  Terkadang kata-kataNya akan terasa menyakitkan karena tidak seperti yang kita harapkan.  Tetapi pada akhirnya,  semua yang Dia katakan sungguh menyembuhkan.

Sekarang ini, aku sedang belajar untuk berdamai dengan kenyataan.  Sedang belajar untuk tidak mudah menghakimi atas terjadinya kesalahan yang secara kasat mata memang kelihatan.  Belajar untuk tidak merasa lebih baik dari orang lain, karena setiap orang pasti punya cerita hidupnya masing-masing.  Punya alasan sendiri-sendiri mengapa sampai jatuh ke dalam sebuah kesalahan atau bahkan dosa.  Sama seperti mereka, aku juga bukan manusia yang sempurna.  Aku juga pernah melakukan kesalahan dan jatuh ke dalam dosa.  Tetapi bukankah setiap orang berhak akan adanya pengampunan?  Bukankah setiap orang butuh kesempatan untuk dimaafkan?  Pengampunan adalah obat terbaik untuk menuju jalan hidup yang lebih baik.  Bertahanlah, meskipun harus menempuh jalan yang terjal!

Prapaska (Hari ke-15)

28 Feb 2024

 ............................................................................................................................................................................

Mat 20:26Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,

Mat 20:27dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;

Mat 20:28sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

 ______________________________________________________________________________________

Jujur saja aku kurang paham dengan sabda di atas.  Sebab aku sedang membayangkan suatu keadaan, di mana para murid sedang saling berlomba untuk cari muka di hadapan Yesus, dengan cara mau jadi pelayan dan hamba, supaya bisa mendapatkan tempat terhormat seperti yang dikatakanNya.  Padahal bisa jadi aslinya para murid tidak berminat untuk menjadi pelayan, apalagi menjadi hamba bagi para murid lainnya.  Tetapi karena secara harafiah Yesus sudah memberikan petunjuk, mau tidak mau mereka harus berusaha, supaya bisa memenuhi persyaratan seperti yang dikatakan oleh Yesus sendiri, jika mereka ingin mendapatkan tempat yang dicita-citakan.


Untukku, sabda Yesus itu itu sungguh menjadi dilema tersendiri.  Di satu sisi ingin memberikan yang terbaik.  Di sisi lain dituntut untuk merendahkan diri, serendah-rendahnya.  Jadi ingat ketika di suatu masa, aku berada di antara sekumpulan orang, yang saling berlomba untuk menjadi yang terbaik.  Dengan menjadi yang terbaik, maka kemungkinan untuk naik jabatan terbuka lebar.  Tetapi pada akhirnya, yang kulihat adalah segerombolan orang yang rela menghalalkan segala cara demi mencapai tujuannya.  Berlomba cari  muka, kalau perlu menjilat secara terang-terangan.  Mereka mau saja diperlakukan seperti pelayan, seperti budak, dengan harapan akan mendapatkan posisi seperti yang diinginkan.  Ada orang yang senang memperlakukan orang lain seperti pelayan dan budak, ada juga yang senang diperlakukan demikian.  Tidak apa-apalah menjadi 'kacung' yang penting aku bisa berada sedekat mungkin dengan atasan.

Menanggapi sabda Yesus di atas, menurutku sih intinya adalah, kita ini jadi manusia jangan sombonglah.  Jangan merasa cepat tinggi hati, merasa hebat sendiri.  Mentang-mentang dekat dengan Yesus, terus merasa berhak untuk mendapatkan tempat terbaik.  Mentang-mentang hari-harinya berada di seputaran Yesus, terus merasa kepedean dan seolah-olah menjadi orang paling suci.  Mentang-mentang aktif di gereja, terus dengan mudahnya menghakimi orang yang tidak pernah kelihatan sebagai orang yang tidak berguna.  Seringkali kesombongan rohani malah terlihat secara nyata dalam diri orang-orang yang mengaku tidak sedang menyombongkan diri tetapi pada kenyataannya sedang menyombongkan diri karena merasa 'dekat' dengan Dia.  Dan kesombongan inilah yang seringkali dipamerkan untuk memberikan penghakiman kepada orang lain yang dianggap biasa-biasa saja.

Sejatinya, semua orang punya kesempatan untuk mendapatkan tempat terbaik di hadapan Allah.  Setiap orang yang dengan rendah hati mau mengakui diri sebagai seorang pendosa, punya kesempatan yang sama dengan mereka yang secara kasat mata lebih dekat dengan Dia.  Tidak ada yang lebih tinggi atau rendah.  Tidak ada yang lebih baik atau buruk.  Selagi ada kemauan untuk bertobat, ada keinginan untuk menjadikan setiap hari sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri,  dengan sendirinya kita akan tahu, di mana akan ditempatkan.

Akan tetapi, apapun ceritanya, bagaimanapun prosesnya, lakukanlah banyak hal baik bukan karena mengharapkan imbalan, atau karena ingin dipuji-puji orang. Tetapi lakukanlah hal baik karena memang ingin melakukannya, dengan atau tanpa adanya imbalan.  Semoga ketika kita merasa semakin dekat dengan Dia, kita juga semakin mampu untuk belajar rendah hati, karena Dia telah menjadikan diriNya sendiri sebagai contoh kerendahan hati yang sungguh nyata.  Semoga!

#perjalanankesekianditahun2024

Prapaska (Hari ke-10)

23 Feb 2024

 ______________________________________________________________________________________

Mat 5:20Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Mat 5:21Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum.

Mat 5:22Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.

Mat 5:23Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau,

Mat 5:24tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.

Mat 5:25Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara.

Mat 5:26Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.

 ______________________________________________________________________________________

Apakah ada yang merasakan hal yang sama denganku ketika membaca Injil di atas?  Perasaan galau menggalau karena perintah Yesus itu terasa seperti mengada-ada dan sulit dicerna begitu saja.  Bagaimana mungkin melakukan hal yang terasa sangat sulit untuk dilakukan ketika hati dipenuhi oleh rasa benci dan amarah?  Mengampuni?  Memaafkan?  Berdamai?  Mungkin bisa.  Tapi apakah bisa sebegitu mudahnya?  Jangankan meminta maaf dan mengajak berdamai, seringkali kita malah tambah panas hati saat berdekatan dengan orang yang sedang membenci atau kita benci.
 
Meskipun terasa mustahil, lantas apakah tidak mungkin untuk dilakukan?  Apakah ada orang yang bisa melakukan seperti perintah Yesus di atas?  Ada. Banyak malah.  Orang-orang yang percaya bahwa percuma saja bersusah payah hidup baik di hadapan Allah jika buruk berelasi dengan sesama manusia.  Ada banyak orang yang percaya dan meyakini bahwa pengampunan itu bisa menyembuhkan.  Memaafkan kesalahan orang lain dan berani meminta maaf atas kesalahan diri sendiri itu mampu menenangkan.  

Ada satu peristiwa dalam hidup, yang membuatku pernah membenci seseorang sedemikian dalam.  Luka batin masa kecil, perlakuan tidak adil yang sering kualami, membuat perasaan benci itu begitu meluap-luap dan seperti sulit untuk disembuhkan.  Bahkan ketika memutuskan untuk pergi menjauh, perasaan itu tidak pernah hilang.  Itu sebabnya setiap kali ikut misa, aku selalu menangis setiap mengatakan,"Saya tidak pantas, Tuhan datang pada saya.  Tetapi bersabdalah saja, maka saya akan sembuh!"  Karena setiap kali mengatakannya aku merasa seperti orang-orang Farisi yang munafik, yang selalu terlihat baik di hadapan Tuhan, tetapi berkelakuan buruk di kehidupan.

Bertahun kemudian, barulah kesempatan untuk berdamai datang.  Memaafkan.  Mengampuni.  Bukan mudah karena harus diusahakan dan diperjuangkan.  Butuh kerendahan hati dan kebesaran jiwa.  Butuh mematikan ego dan harga diri.  Butuh kesadaran bahwa aku juga menjadi bagian dari manusia tidak sempurna yang bisa melakukan kesalahan.  Dan pada akhirnya, aku 'dibebaskan'.  Setelah menempuh jalan terjal berliku menuju jalan pengampunan, hidup terasa menjadi lebih ringan.  

Jadi, apakah sabda Yesus di atas masih relevan?  Iya! Menurutku masih.  Tetapi sekali lagi, butuh diusahakan dan diperjuangkan.  Selagi keinginan untuk berdamai hanya sekedar menjadi sebuah angan-angan, maka hasilnya akan nol.  Akan mengecewakan.  Dan pada akhirnya hidup keagamaan kita hanya akan menjadi seperti orang-orang Farisi.  Baik di luar, tetapi di dalam seperti kuburan.  Munafik!  Jika dibiarkan, maka kebencian, amarah, dendam, itu hanya akan menjadi bibit penyakit yang akan meremukkan kita dari dalam.

Jalan Gelap dan Terang

21 Feb 2024


Pernahkah engkau mengalami saat-saat di mana harus berjalan dalam gelap dan berusaha keras untuk mencari terang sendirian?  Pernahkah engkau mengalami saat-saat getir, di mana ketidakadilan menimpamu dari segala penjuru, meskipun engkau sudah berusaha untuk menjadi orang baik sesuai harapan?  Pernahkah engkau mengalami bagaimana sakitnya dianaktirikan oleh mereka yang seharusnya memberikanmu dukungan dan kasih sayang, serta harus berjuang sendirian untuk mendapatkan kesembuhan? Aku pernah!

Meskipun sempat menorehkan luka, tetapi masa-masa gelap, masa-masa getir, dan masa-masa menyakitkan itu telah menjadikanku sebagai seorang pembelajar kehidupan.  Seseorang yang belajar bahwa untuk bisa keluar dari jalan yang gelap, kita harus memiliki keberanian untuk terus lewat, meskipun akan terasa menakutkan.  Harus sedikit bonek dan menggenggam keyakinan bahwa pada akhirnya akan menemukan jalan terang.  Harus percaya, bahwa jalan gelap itu, suatu saat akan menemukan akhirnya.

Pada satu kesempatan ada seseorang yang bertanya mengapa aku tidak pernah terlihat sedih atau susah.  Dia selalu melihat hidupku ceria, gembira, banyak senyum dan sering tertawa.  Dengan terkekeh aku menjawab,"Tidak mungkin ada manusia yang hidupnya senang terus.  Pasti ada saat-saat di mana mereka juga mengalami jalan gelap dalam hidup.  Demikian juga aku.  Hanya saja tidak semua orang mau memperlihatkan kepada orang lainnya.  Lagipula kalau seandainya aku bercerita tentang kesedihan, keluh kesah dan masalahku, apakah orang yang mendengarkan bisa membantu?  Belum tentu!  Jadi, kalau bisa berbagi kebahagiaan, mengapa harus berbagi kesedihan?"

Tidak semua orang mau dan bisa berbagi beban.  Dan tidak semua orang sanggup memanggul beban.  Hanya bahu dan pundak orang-orang tertentu yang mampu untuk itu.  Terkadang ada yang berjuang untuk menjadi kuat. Tak jarang ada yang memilih untuk menyerah sebelum waktunya.  Dari perjalanan hidup yang berliku-liku, aku bisa belajar tentang satu hal:  Apapun jalan ceritanya, entah baik atau buruk, jangan pernah menaruh harapan sepenuhnya pada manusia.  Sandarkan keyakinan dan harapanmu hanya pada Tuhan, yang tidak pernah lelah menemani dan menguatkan langkah, entah bagaimana caranya.  Manusia bisa menipu, tetapi Dia setia selama-lamanya.

#Prapaska, hari ke-8

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS